Mengenal Allah


Kemuliaan suatu ilmu bergantung pada kemuliaan objek yang dikaji. Begitu kata para ulama kita. Dengan begitu ilmu yang paling mulia adalah ilmu ushuluddin (pokok dasar agama; ilmu akidah Islam).

Sebab, objek yang dikaji adalah perkara paling mulia, paling penting dan paling berguna. Objek yang dikaji adalah perkara paling darurat dan paling prioritas dalam hidup seorang hamba. Objek yang dikaji adalah perkara yang tidak boleh tidak harus diketahui dan diamalkan oleh seorang hamba. Jika ini luput dari kita, dapat dipastikan kita akan menjadi hamba yang sengsara, binasa dan celaka. Sengsara di dunia tidak seberapa, tetapi sengsara di akhirat alangkah hinanya kita: hancur lebur kita di sana, siksa yang terus menerus menimpa, seditik saja haram kebahagian untuk kita di sana. na'udzu billah min dzalika.

Ilmu ushuluddin membahas tentang kebutuhan kita kepada Allah. Kebutuhan kita kepadanya di atas segala kebutuhan, darurat di atas segala darurat. Sebab, tak ada kehidupan bagi hati, tak ada kenikmatan dan ketentraman serta ketenangan kecuali dengan mengenal Tuhannya: Pencipta dan sesembahannya.

Mengenal Allah dengan segala hal yang berkaitan dengannya berupa nama-nama, sifat-sifat, perintah-perintah dan larangan-laranganNya adalah perkara yang tidak mungkin bisa dicapai secara mandiri oleh nalar akal manusia.

Kita sama sekali tidak mengesampingkan akal, tetapi akal manusia itu terbatas jangkau nalarnya sehingga harus dibimbing oleh wahyu.

Oleh karena itu, dengan rahmat-Nya, Allah mengutus para rasul untuk memperkenalkan diri-Nya dan mengajak kepada-Nya, memberi kabar gembira kepada yang menjawab ajakan itu dan memberi peringatan kepada yang menentang. Inti risalah dan seruan mereka adalah mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya.

Dalam pada itu ada dua perkara penting yang wajib kita ketahui.
Pertama, mengenal jalan yang mengantarkan kepada Allah. Jalan ini adalah syariat Allah.
Kedua, Mengenal orang-orang yang meniti jalan tersebut, apa yang mereka dapatkan sesampainya mereka kepada-Nya.

Dua perkara tersebut adalah hal pokok dan wajib, sebab orang yang paling makrifat adalah orang yang paling mengikuti jalan Allah (jalan syariah; ash-shiroth al-mustaqim) dan yang paling mengenal keadaan orang-orang yang meniti jalan tersebut ketika mereka sampai kepada Allah.

 Ustadz Fahrudin Madjid, LC


The Rabbaanians

Komentar

Postingan Populer