Penyebab Munculnya Fenomena Pacaran
Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Ya muslimin wal muslimat, pacaran bagi kalangan remaja dan kawula muda adalah hal biasa. Bahkan sebaliknya, mereka yang tidak berpacaran justru dianggap tidak wajar. Pacaran yang meluas di kalangan remaja tidak muncul begitu saja, ada sebab-sebab yang melatarbelakanginya. Kalau dilihat lebih dalam lagi, maka banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya fenomena pacaran di kalangan remaja, baik yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
Dan faktor-faktor yang melatarbelakangi sebab munculnya pacaran dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal
1. Minimnya bekal pemahaman agama
Ini merupakan faktor utama dan pertama yang menjerumuskan seorang remaja muslim dan muslimah ke dalam dosa pacaran. Karena pengetahuan dan pemahaman agama yang benar menjadi benteng pertahanan yang kuat dari pengaruh nilai-nilai dan perilaku yang menyimpang dari syari'at. Sebaliknya pun demikian, jauhnya kalangan remaja dan pemuda dari nilai-nilai Islam menyebabkan mereka sangat rentan menjadi obyek dan sekaligus pelaku kerusakan.
Tiadanya pemahaman dan bekal ilmu agama yang cukup bisa kita lihat dari unsur masyarakat yang terkecil, yaitu keluarga. Tidak sedikit orang tua yang sudah merasa cukup membekali anak-anak mereka dengan ilmu agama yang diperoleh di bangku sekolah, atau yang dipelajari anak-anak mereka dijenjang TK dan TPA. Selepas itu anak tidak lagi dekat dengan masjid, jauh dari majelis ilmu agama, tanpa mendapat arahan dan bimbingan orang tua.
2. Nafsu dan syahwat yang tidak terkendali
Pada dasarnya nafsu dan syahwat adalah fitrah penciptaan manusia. Tidak ada seorang pun yang bisa melepaskan nafsu dan syahwat dari dirinya. Dalam batasan tertentu nafsu diperlukan untuk keberlangsungan hidup manusia, tanpa nafsu manusia tidak akan memiliki ketertarikan terhadap makanan, minuman, tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lainnya. Dengan nafsu juga manusia memiliki ketertarikan kepada lawan jenisnya sehingga manusia bisa menikah dan berketurunan. Karena nafsu pula manusia bisa merasakan gembira, sedih, cinta, sayang, marah, dan lain sebagainya.
Sebaliknya nafsu yang tidak terkendali dan diperturutkan adalah kendaraan setan, melalui pintu inilah setan mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dosa, maksiat, dan kejahatan. Demikian juga syahwat/ketertarikan kepada lawan jenis yang tidak diatur dengan syari'at bisa menjerumuskan kepada berbagai perbuatan dosa seperti pacaran, berciuman, zina, membunuh, bunuh diri, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, apabila para remaja tidak mengisi hatinya dengan iman kepada Allah, tidak rajin memupuknya dengan ibadah kepada-Nya, serta tidak memelihara dirinya dari hal-hal yang akan melemahkan jiwa dan imannya, maka mereka akan mudah terseret oleh hawa nafsu dan syahwatnya untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, seperti budaya pacaran yang sarat dengan kemaksiatan dan dosa di dalamnya.
3. Terjerat masalah pribadi dan solusi yang salah
Setiap orang yang hidup pasti memiliki problem atau masalah hidup. Problem itu bisa menyangkut pribadi, keluarga, lingkungan masyarakat, atau hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, etika pergaulan, sikap ataupun yang lainnya. Semua itu sudah menjadi sunatullah dan fitrah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Masalahnya bukan pada adanya problem, akan tetapi bagaimana menyikapi setiap problem yang kita hadapi.
Tidak sedikit yang terjerumus ke dunia pacaran berawal dari curhat-curhatan. Menceritakan problem kepada lawan jenis, saling memberi saran. Merasa menambatkan perhatian lalu timbulah kedekatan hubungan, lalu setan pun terus meniupkan mantera berupa bujukan dan rayuan, hingga akhirnya terjadilah pacaran. Keberadaan pacar diharapkan bisa meringankan beban, membantu menyelesaikan masalah, menghilangkan kejenuhan dan kekalutan pikiran, dan bisa jadi motivator dan pemberi inspirasi agar hidupnya menjadi lebih hidup. Sepintas nampak sebagai solusi, padahal sesungguhnya pacaran adalah awal musibah yang lebih besar.
4. Gejolak pubertas
Dalam syari'at Islam masa awal pubertas biasa disebut masa baligh atau hulum. Biasanya ditandai dengan mimpi basah bagi laki-laki dan mengalami haid bagi perempuan. Masa-masa ini adalah tahapan yang sangat penting, karena dalam tahapan ini seorang muslim dan muslimah berstatus sebagai mukallaf. Yaitu terkena kewajiban syari'at, berhak mendapat reward atas kebaikannya dan mendapatkan sanksi jika melakukan pelanggaran.
Sekali lagi dorongan seksual berupa ketertarikan kepada lawan jenis adalah sesuatu yang wajar dan normal. Yang terpenting adalah mengelola dorongan seksual agar tidak menjerumuskan kita pada dosa, termasuk pacaran. Ada semacam pandangan atau anggapan keliru di kalangan remaja bahwa orang yang tidak pacaran adalah tidak normal. Ini jelas keliru. Ketertarikan kepada lawan jenis dan pacaran adalah sesuatu yang berbeda. Ketertarikan kepada lawan jenis adalah sesuatu yang wajar dan tidak dilarang, sedangkan pacaran adalah perbuatan yang dilarang Islam. Ada pula yang berpacaran sekadar untuk menunjukkan bahwa dirinya eksis, diakui dan disukai.
Pacaran bukanlah solusi yang baik untuk menyalurkan gejolak pubertas. Sebaliknya, pacaran hanya akan menimbulkan berbagai masalah dan problem yang baru. Pacaran akan mencoreng langkah pertama ketika hendak menuju dewasa, karena memulainya dengan dosa dan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Islam telah mengatur dan mengarahkan kehidupan para remaja secara lebih pintar dan terarah. Islam mendidik dan membentuk karakter yang mulia, karena masa remaja adalah masa-masa proses pencarian jati diri maupun kepribadian untuk menjalani masa berikutnya.
Faktor Eksternal
1. Lingkungan yang buruk
Lingkungan ibarat mesin pencetak sebuah logam. Ia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menempa dan mencetak logam apa saja menjadi bentuk yang berbeda-beda. Jadi, lingkungan yang buruk bisa mengubah dan membentuk pribadi yang baik menjadi buruk. Sebaliknya, lingkungan yang baik bisa membentuk bahkan mengubah kepribadian yang buruk menjadi baik. Lingkungan ibarat sekolah yang sangat luas dan tak terbatas. Lingkungan meliputi teman bergaul, keluarga, sekolah tempat belajar, media massa, perangkat teknologi, perkampungan, dunia kerja, dan yang lainnya adalah lingkungan yang sangat lapang yang pasti akan dilewatinya.
Oleh karena itu seorang remaja muslim harus pandai mencari lingkungan yang baik, patuh pada nasehat keluarga terutama orang tua, memilih teman bergaul yang baik, sekolah yang baik, bahan bacaan yang baik, serta memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kebaikan.
2. Teman yang buruk
Tidak salahnya bergaul dan berteman. Akan tetapi kita harus pandai memilih dan memilah siapa saja yang layak dijadikan teman. Temanmu adalah cerminan dirimu. Demikianlah pepatah berkata. Seorang remaja atau pemuda yang bergaul dengan teman yang baik akan lebih mudah menjaga diri. Sebaliknya, teman yang buruk akan sangat mudah memberi pengaruh buruk. Orang yang berteman dengan orang yang shalih, rajin mengaji, rajin shalat, insya Allah akan mendapatkan pengaruh kebaikannya juga. Sebaliknya berteman dengan orang yang buruk, mengabaikan shalat, tidak mengenal ngaji dan masjid, pacaran, dan sebagainya juga akan menularkan keburukannya kepada kita.
Rasulullah Saw. bersabda, "Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti halnya penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi, ia bisa memberimu atau kamu membeli darinya, atau minimal kamu akan mencium aroma wangi darinya. Adapun tukang pandai besi, ia bisa membuat pakaianmu terbakar atau minimal kamu akan mencium bau yang tidak sedap darinya." (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, memilih teman yang baik lagi shalih adalah sebuah kelaziman bagi setiap muslim. Tidak dibenarkan menjadikan setiap orang yang ditemui sebagai teman bergaul. Dan bukan sebuah kebaikan menjadikan orang yang berperangai buruk sebagai teman, bahkan hal itu adalah sebuah keteledoran dan kehancuran bagi dirinya.
Rasulullah Saw. bersabda, "Seseorang itu tergantung kepada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi teman karibnya." (HR. At-Tirmidzi)
3. Penyalahgunaan teknologi sebagai media
Perkembangan media informasi, transportasi, dan komunikasi begitu pesat dan mudah untuk diakses oleh semua kalangan. Media seolah menembus batas dan mempersatukan dunia hingga ke pelosok perkampungan. Kemajuan teknologi satu sisi adalah karunia Allah yang sangat besar, dan ummat manusia wajib untuk mensyukurinya dengan memanfaatkannya sesuai jalan yang diridhai-Nya. Namun di sisi lain, kemajuan teknologi informasi menghadapkan kita pada kenyataan yang sungguh mengkhawatirkan, seperti siaran televisi yang jauh dari mendidik, muatan media internet yang merusak moral. Gadget, jejaring sosial, dan media-media lainnya sarat dengan hal-hal yang berbau maksiat. Media-media seolah tidak sepi dari lagu-lagu, film, foto-foto yang mengumbar aurat, kebohongan, hingga acara-acara lawak yang mempermainkan kemuliaan manusia.
4. Pergerakan musuh-musuh Islam
Musuh Islam dari golongan Yahudi dan Nasrani adalah dua kelompok yang akan terus berusaha menghancurkan ummat Islam dengan berbagai cara. Secara fisik mereka menjajah dan memerangi kaum muslim di berbagai negeri. Di ranah pemikiran mereka menyebarkan propaganda-propanda sesat dan menyesatkan, mempelajari Islam menebar syubhat, mengimpor moral yang rusak, menguasai media untuk menjauhkan ummat Islam dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Itulah faktor internal dan eksternal yang melatarbelakangi munculnya fenomena pacaran di kalangan remaja. Semoga kita mampu memilih dan memilah segala sesuatunya sesuai dengan aturan Islam, jangan sampai kita tidak sadar telah jauh dari syari'at Islam, jangan sampai dunia ini memabukkanmu dan membuatmu lupa akan akhirat, jangan sampai kita termasuk golongan orang-orang yang masuk neraka. Na'udzubillahi mindzalik.
Wallahu a'lam bishawab
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Komentar
Posting Komentar