teologi pembebasan
A. Latar Belakang
Membincang “pembebasan” secara jujur harus dikatakan sebenarnya merupakan hal yang sudah ada sejak kehadiran manusia di dunia. Kisah jatuhnya Adam dari surga sebagaimana dikisahkan dalam kitab suci Al-qur’an, pada hakikatnya merupakan sebentuk isyarat dari Tuhan Sang Pencipta tentang praksis ‘pembebasan’. Tatkala Adam berada di dunia ia telah melakukan ‘pembebasan’ secara personal (mengakui kesalahan telah melanggar ‘hukum’ Tuhan) dan juga secara sosial (dari kehidupan surga yang serba tercukupi, beralih ke kehidupan dunia yang harus diupayakan dengan segala usaha dan kreativitasnya).
Praksis pembebasan dalam artian ’bebas dari’ dengan demikian, secara historis telah dilakukan dan senantiasa akan lekat dalam peri kehidupan kemanusiaan. Pembebasan juga tidak akan terbatas. Ia akan dapat menyentuh siapa saja, di mana saja, dari suku apa saja, dan tentunya juga dari agama apa saja. Intinya, selama manusia itu masih menghirup udara, ia tidak akan lepas dari praksis pembebasan.
Persoalan teologi pembebasan telah menarik perhatian masyarakat akademik tidak terkecuali di Indonesia. Banyak karya-karya telah lahir baik berupa terjemahan maupun karya-karya kajian berkenaan dengan Islam dan teologi pembebasan.
Untuk memberitahukan dan memberi pengertian kepada semua orang apa dan bagaimana teologi dalam pembebasan Islam. Dan bagimana itu terjadi serta dampak yang dihasilkan dari teologi pembebasan tersebut. Munculah beberapa pertanyaan :
a. Apa dan mengapa harus teologi?
b. Darimana akar teologi berasal?
c. Apa dampak dari teologi pembebasan?
B. Pengertian Teologi dan Teologi Pembebasan
a. Apa itu teologi dan teologi pembebasan?
Menurut penjelasan Guttierez, teologi adalah sesuatu yang didalamnya mengandung nilai-nilai dan ajaran yang dapat digunakan sebagai paradigma bagi seseorang dalam berpikir dan berperilaku.
Pandangan ini didukung juga oleh Syari’ati yakni teologi merupakan satu dari sekian pengetahuan manusia yang sangat fundamental dalam mempengaruhi perilaku manusia.
Sedangkan teologi pembebasan sendiri bertujuan untuk memfungsikan agama dalam membebaskan manusia dari ancaman globalisasi dan menghindarkan manusia dari berbagai macam dosa sosial, serta menawarkan paradigma untuk memperbaiki sistem sosial bagi manusia yang telah rusak oleh berbagai sistem dan ideologi dari perbuatan manusia itu sendiri. Kehadirannya untuk mengkritisi model “pembangunan” negara kepada rakyatnya yang seolah-olah hanya mementingkan segelintir bagian rakyat sehingga sebagian besar rakyat masih tertindas meskipun kedaulatan negara mereka sudah tertulis merdeka. Kasus yang terjadi di Indonesia, kuatnya negara dan melemahnya rakyat menyebabkan rakyat tidak kuat melakukan tekanan terhadap negara. Sampai-sampai dialog-dialog dan buku-buku tentang teologi pembebasan dilarang beredar saat itu dikarenakan negara takut akan adanya perlawanan dari rakyat mereka sendiri.
b. Mengapa harus teologi?
Karena menurut pernyataan-pernyataan diatas telah menegaskan bahwa teologilah yang akan menjadi penentu terhadap pandangan dunia secara individu maupun masyarakat.
Teologi menggunakan keyakinan sebagai pembangkit kesadaran akan realitas kehidupan.Sehingga teologi dengan sendirinya akan menformat pola sikap dan tindakan kita yang sesuai dengan pandangan dunia.
- Melacak Akar Teologi Pembebasan Dalam Islam
Teologi pembebasan didorong oleh adanya sistem kapitalisme yang dikembangkan oleh negara-negara barat. Sistem ini justru membuat kesenjangan antara masyarakat miskin dan masyarakat kaya dan membuat ketergantungan negara miskin terhadap negara maju. Dan negara barat telah menipu bangsa-bangsa berkembang yang ingin maju dengan sistem yang sengaja dibuat keliru. Seperti yang telah terjadi di Indonesia, bila dikaji lebih dalam, dimana di masa orde baru pemerintahan dipegang oleh kalangan militer dan didukung oleh birokrasi yang kaku dan institusi agama yang dibentuk oleh negara untuk menjaga kekuasaan negara. Selama 32 tahun, pemerintah bertahan dengan kekuasaan dan ketergantungan pada dunia kapitalis.
Dengan begitu sangat perlu kembali pada aspek agama karena agama sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam suatu penduduk dan masyarakat. Agama sendiri tak lain ialah ideologi yang sangat dipengaruhi oleh aktor pengendalinya. Islam memberi kebebasan kepada seseorang selama ia tidak melampaui batas. Islam membebaskan berbagai sistem yang mengekang seperti hak hidup bayi perempuan di zaman Ali bin Abi Thalib, jual beli budak yang sering diwarnai penindasan, hal-hal yang berkaitan dengan rampasan perang, orang Yunani memperbolehkan pembunuhan istri oleh suami mereka, di India janda-janda dilempar hidup-hidup ke api pembakaran suami mereka, bahkan kasta Hindu tertentu tidak punya hak hidup dan darah mereka halal dikucurkan olek kaum Brahmana.
Dengan datangnya islam telah membawa dampak positif yang besar bagi peradaban manusia. Seperti firman Allah dalam surah Al-An’am: 151
ولا تقتلوا النفس التي حرم الله إلا بالحق ذلكم وصاكم به لعلكم تعقلون
Artinya : “dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).”
Merupakan bukti bahwa islam agama pembebas. Agama yang memperjuangkan hak asasi manusia yang selalu dielu-elukan barat tapi merekalah yang menindasnya juga. Kehadiran islam telah membawa revolusi dalam cara pandang masyarakat kepada agama islam atas kemajuannya saat ini.
Terdapat 3 alasan nabi diutus kepada manusia:
1. Untuk menyatakan kebenaran
2. Untuk melawan kepalsuan dan penindasan
3. Untuk membangun komunitas yang hidup atas dasar kesetaraan sosial , kebaikan, keadilan, serta kasih sayang
Tiga hal tersebut telah jelas tersirat dan tersurat di dalam Al-qur’an, Sehingga dapat meyakinkan kita, bahwa para nabi adalah sosok pembawa amanah dalam pembebasan bagi orang yang lemah dan tertindas.
Perlawanan dan tantangan kepada nabi disebabkan ketakutan mereka pada efek-efek ajaran Nabi Muhammad SAW yang mengedepankan reformasi sosial, ekonomi dalam tatanan masyarakat. Karena pada hakikatnya mereka telah mengenal Tuhan, Sebagaimana yang diterapkan dalam Al-qur’an
ولئن سألتهم من خلق السماوات والأرض ليقولن الله قل الحمد لله بل أكثرهم لا يعلمون (QS. 31:25).
Artinya : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Teologi pembebasan terus diperjuangkan hingga sekarang oleh para cendekiawan muslim. Mereka merasa Islam memang agama mayoritas di negeri ini namun tak bisa disebut sedikit orang yang islam hanya ktp nya saja. Jadi pemahaman para muslim ktp hanya sebatas “kulit” dari islam itu sendiri dan akibatnya mereka tetap tunduk pada sistem yang menganut paham yang menjadi titik kesenjangan sosial diantara masyarakat.
Menumbuhkan kembali kesadaran revolusioner Islam menjadi sangat perlu dilakukan dalam era globalisasi ini untuk menyadarkan bahwa potensi tumbuh dari diri sendiri bukan dari orang lain.
- Membangun Nalar Emansipatoris
Pola nalar tafsir ada 3 macam:
1. Nalar Teosentris
Ialah nalar yang dominan, yang memusatkan diri pada pada tema-tema ke- Tuhanan. Seperi bicara kasih sayang Tuhan, dan kasih sayang Tuhan ini wajar tapi jika dikembangkan maka yang muncul hanya tafsir Tuhan saja, padahal Al-qur’an tercipta untuk persoalan manusia, bukan hanya Tuhan.
2. Nalar Politis
Ialah penalaran tafsir yang hanya berkata pada masalah paham, nalar ini hanya melegitimasi suatu paham. Kalau nalar teosentris menjadi mainstream, maka nalar politis disini hanya akan mengukuhkan suatu paham dalam pemaknaan ayat-ayat Al-qur’an.
3. Nalar Kreatif
Ialah nalar yang dijadikan sarana pembebasan bagi siapapun yang mengalami penindasan, ketertinggalan, dan kemiskinan. Karena dalam nalar ini memfokuskan pada masalah-masalah manusia.
Dari ketiga nalar tersebut, dapat disimpulkan bahwa teologi pembebasan didukung oleh nalar kreatif karena lebih ceenderung kepada permasalahan manusia (sosial). Lalu bagaimana dengan nalar emansipatoris ? nalar ini perlu untuk memberi semangat didalam proses nalar kreatif. Prosesnya yang panjang dan menguras tenaga akan selalu membutuhkan semangat yang tinggi dari para pendukungnya.
- Kesimpulan
Teologi merupakan sesuatu yang didalamnya mengandung nilai-nilai dan ajaran yang dapat digunakan sebagai paradigma bagi seseorang dalam berpikir dan berperilaku. Teologilah yang akan menjadi penentu terhadap pandangan dunia secara individu maupun masyarakat. Teologi sendiri menggunakan keyakinan sebagai pembangkit kesadaran akan realitas kehidupan.
Teologi pembebasan didorong oleh adanya sistem kapitalisme yang dikembangkan oleh negara-negara barat. Sistem ini justru membuat kesenjangan antara masyarakat miskin dan masyarakat kaya, dan membuat ketergantungan negara miskin terhadap negara maju. Dan negara barat telah menipu bangsa-bangsa berkembang yang ingin maju dengan sistem yang telah keliru.
Dengan begitu sangat perlu kembali pada aspek agama karena agama sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam suatu penduduk dan masyarakat. Agama sendiri tak lain ialah ideologi yang sangat dipengaruhi oleh aktor pengendalinya.
Munculnya islam telah membawa kebebasan yang lebih baik dibandingkan dengan pembebasan yang dibawa oleh barat. Islam membebaskan umat dari keterpurukan sistem pemerintahan, budaya, menjunjung hak-hak asasi manusia, dan menyadarkan manusia akan pentingnya kembali menyandarkan diri pada agama khususnya islam dalam bersikap dan bertindak. Mengingat agama islam adalah rahmat seluruh alam dan agama .
Ada tiga macam nalar dalam teologi ini untuk menafsirkan Al-Qur’an yaitu :
1. Nalar Teosentris
2. Nalar Politis
3. Nalar Kreatif
DAFTAR PUSTAKA
In’am Esha,Muhammad 2008 Teologi Islam Isu-isu Kontemporer Malang: UIN Malang Press
Wahono Nitiprawiro,Francis. 2000.Teologi Pembebasan Sejarah,Metode, Praksis dan Isinya.Yogyakarta :LKiS
Wahid,Abdurahman dkk.2000.ISLAM tanpa kekerasan.Yogyakarta.LKiS
Komentar
Posting Komentar